adsense

Minggu, 26 Oktober 2014

Aliran-aliran Seks Bebas Yang Pernah Ada di Indonesia

Berbagai hal dilakukan oleh para penganut seks bebas. Mulai dari sendiri-sendiri, berkelompok dua-tiga orang, bahkan membentuk aliran berkedokan agama. Aliran seks bebas berkedok agama pernah marah beberapa waktu lalu. Berikut beberapa kelompok seks bebas yang pernah ada di Indonesia 

Satria Piningit 

Satu kelompok penganut ajaran sesat muncul di Jakarta, dipimpin seorang guru yang menyebut dirinya sebagai Satria Piningit Weteng Buwono. Ajaran dan ritualnya benar-benar nyeleneh, di antaranya, memerintahkan para anggotanya melakukan seks bebas dengan ditonton anggota lainnya.

A Koesmana, 58, warga Jalan Kebagusan II RT010/06, Jakarta Selatan, salah seorang mantan pengikut Satria Piningit itu, membenarkan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam kelompok tersebut.

Pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) ini mencontohkan perilaku menyimpang dari sang guru misalnya dari tata cara mandi. Sang guru yang mengaku bernama Agus Imam Sholihin alias Agus Noro Soekarno, 32 tahun, meminta pengikutnya untuk dimandikan olehnya, tak peduli lelaki ataupun perempuan. Alasannya, untuk penyucian diri.

”Saya juga disuruh telanjang lalu dimandikan oleh dia. Kalau tidak menuruti perintah, ada hukumannya,” kenang Koesmana.

Penyimpangan ini, kata Koesmana, belum seberapa. Yang lebih parah, para pengikut aliran ini juga disuruh bersetubuh di ruang tamu dengan disaksikan oleh anggota yang lainnya. Ini dilakukan secara bergantian.

Bahkan si Satria Piningit juga minta jatah tersendiri dengan mengajak istri-istri para anggota kelompok masuk ke dalam kamar. ”Namun hal itu tidak menimpa saya, karena istri saya menolak,” tegas Koesmana yang ditemui di rumahnya.

Ajaran sesat lainnya, adalah soal menjawab salam. Bila ada anggota tidak menjawab salam, langsung disuruh telanjang di ruang tamu selama sehari semalam tanpa diberi makan dan minum.”Laki-laki dan perempuan telanjang bulat selama seharian,” ucapnya.

Untuk ‘mengamankan’ kegiatannya, sang guru itu mewanti-wanti para anggotanya untuk tidak membocorkan kiprah mereka kepada orang lain. Kalau ada yang membocorkan, sang guru mengancam akan ada pertumpahan darah dalam keluarganya. ”Anak perempuan saya yang selalu membujuk saya untuk terus mengikuti ajaran ini,” jelas Koesmana sambil menangis mengenang anaknya.

Koesmana mengatakan ia mengikuti aliran ini di awal tahun 2002 ketika bertemu dengan Agus Imam Sholihin di Perumnas III, Bekasi Timur. Saat itu Agus menyatakan akan mengajarkan ilmu agama di rumahnya.

Pada bulan pertama, tidak ada yang aneh pada apa yang diajarkan Agus yang berambut gondrong itu. Namun pada bulan berikutnya, penyimpangan sedikit demi sedikit mulai terkuak. ”Semua yang diperintahkan oleh agama tidak boleh dilakukan dan ia mengaku titisan Tuhan. Semua pengikut wajib menuruti perintahnya. Bila membantah, bisa digugurkan masuk syurga, katanya.

” Karena makin aneh, oleh warga setempat kelompok ini pun diusir dan kemudian pindah ke Jalan Kebagusan, Jaksel, ke rumah Koesmana. Di markas barunya, Agus memasang sejumlah aksesoris yang didominasi warna merah. Fotonya dalam ukuran besar juga terpampang di sana.

Pada bulan Desember 2008, Ratna, 33, anak perempuan Koesmana yang kepincut doktrin Agus meninggal dunia karena sakit. Sejak itulah Koesmana keluar dari kelompok ini. Sejak anaknya meninggal, sang guru yang juga mengaku titisan Soekarno, hanya datang sekali waktu peringatan tiga hari kematian Ratna. Hingga kini Agus yang memiliki sekitar 40 anggota itu tak kedengaran kabarnya.

Namun dua pengikut Agus datang ke rumahnya untuk mengambil sejumlah barang-barang seperti buku-buku ajaran milik sang guru yang masih tertinggal.”Barang yang mereka maksud sudah tidak ada, namun mereka terus memaksa hingga diamankan polisi.” Ketua RT 010/06 Kebagusan, Aswanawi, mengatakan warga sekitar selama ini mengetahui kegiatan di rumah tersebut sebagai pengajian biasa.

Aliran Friday Majalengka 

Aliran ini mewajibkan seluruh pengikutnya untuk berhubungan seks bebas sesama anggotanya, wah wah untuk apa ya aliran sesat ini melakukan itu?

Beben Pimpinan dari Aliran Majalengka ini sudah diamankan oleh polres majalengka terkait dengan praktik sesatnya. Aliran friday ini tidak mewajibkan shalat lima waktu dan mengajarkan kepada pengikutnya yang berbeda jenis untuk saling bersetubuh alias ngeseks.

Diduga dijadikan tempat aktivitas aliran sesat, sebuah padepokan ritual Aliran Friday di Desa Ranji Wetan, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, dibongkar warga. Aliran ini dipimpin Beben Bentar.

Warga dari Gerakan Anti Maksiat (Geram) Majalengka memulai aksinya dengan berjalan kaki sejauh satu kilometer. Pembongkaran juga melibatkan personel dari Kepolisian Resor Majalengka. Setelah menyisir seluruh ruangan, warga merobohkan bangunan. Di belakang bangunan tersebut ditemukan sebuah makam yang diduga menjadi lokasi puncak ritual komunikasi gaib.

Polisi menyita sejumlah alat ritual sebagai barang bukti. Menurut polisi, aliran ini sesat karena sebagian ajarannya menyimpang dari ajaran Islam. Di antaranya, tidak mewajibkan umatnya salat lima waktu dan sesama pengikut yang berbeda jenis kelamin wajib bersetubuh. Kini, Beben Bentar telah ditahan dan diperiksa di Markas Polres Majalengka

Aliran Surga Adn

Menjadi kaya raya dan bisa menikmati kebebasan seksual mungkin menjadi obsesi Ahmad Tantowi. Untuk mewujudkan obsesi tersebut, ia pun mendirikan sebuah aliran yang diberi nama Surga Adn. Tantowi berhasil merekrut para pengikut setia, dan kebanyakan perempuan. Para perempuan tersebut dengan bebas ia bisa gauli. Para pengikutnya juga diharuskan untuk membayar sejumlah uang sebagai infak setiap bulannya. Tak ayal, Tantowi pun kaya raya dengan dikelilingi banyak perempuan yang siap melayaninya.

Pihak terkait, termasuk MUI Kab. Cirebon dan Departemen Agama Kab. Cirebon, juga sudah menerima laporan tersebut dari masyarakat. Selanjutnya, kedua institusi tersebut juga telah membentuk tim untuk memverifikasi aliran tersebut. Dari hasil verifikasi tersebut, Ketua MUI Kab. Cirebon, K.H. Ja’far Aqil Siraj, menyatakan kalau aliran tersebut adalah sesat.

Aparat keamanan berhasil menangkap sang pimpinan Surga Adn beserta beberapa pengikutnya. Tidak tanggung-tanggung, aparat keamanan yang mencocok Tantowi langsung dari Polda Jawa Barat. Hal ini dilakukan karena Tantowi selama ini berhasil menjalin “hubungan yang baik” dengan pemerintahan dan aparat keamanan setempat.

Meski sebelumnya beragama Islam dan menyandarkan sumber ajarannya dari Alquran, Tantowi ternyata menyebarkan ajaran-ajaran yang jauh menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam. Ia tidak mewajibkan para pengikutnya untuk melakukan shalat. Padahal shalat jelas-jelas merupakan salah kewajiban pokok umat Islam.

Selain tidak mewajibkan shalat, aliran ini juga sangat menekankan ajaran berinfak. Para pengikutnya wajib menyetorkan setoran 10% dari penghasilan mereka kepada sang pentolan, Ahmad Tantowi. Di samping potongan 10% dari penghasilan bulanan, setiap pengikutnya juga diwajibkan untuk menyetorkan uang rata-rata Rp3-4 juta setiap bulan.

Tentu saja uang segitu banyak tidak mudah untuk diperoleh. Apalagi bagi mereka yang memiliki penghasilan minim. Untuk itulah, Ahmad Tantowi juga menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang sekian banyak itu. Orang-orang yang bukan pengikut Surga Adn dianggap kafir, dan harta mereka boleh diambil sebagai harta rampasan perang (fa’i). Jika pengikutnya tidak memberikan setoran, maka hal itu dianggap sebagai hutang yang harus dibayar di bulan berikutnya.

Untuk lebih mengukuhkan dirinya sebagai pimpinan sekte sesat tersebut, Ahmad Tantowi juga mengklaim dirinya sebagai penjelmaan Tuhan yang bernama Al-Fikr. Klaim tersebut diwujudkan dalam bentuk konsep syahadat yang ia rumuskan. Syahadat tersebut berbunyi bahwa: tiada tuhan selain Al-Fikr dan semua penyebar ajaran Surga Adn adalah rasul.

Tantowi –yang telah memiliki empat orang anak dan beberapa orang cucu ini– juga mengajarkan konsep reinkarnasi. Dalam konsepnya, semua orang yang tidak mengikuti ajaran Surga Adn adalah orang-orang kafir. Mereka tidak bisa menjadi manusia kembali setelah kematian mereka, namun menjadi binatang.

Salah satu ajaran yang sangat menghebohkan aliran ini adalah kebebasan seksual. Sebagai seorang pimpinan, Tantowi boleh menggauli pengikut perempuan manapun yang ia kehendaki. Untuk meyakinkan para pengikutnya, Tantowi mengajarkan bahwa hubungan seksual itu adalah bentuk ritual penyucian diri. Parahnya lagi, Tantowi merekam adegan-adegan seksualnya dengan para pengikutnya. Hal itu terungkap dari barang bukti yang berhasil diperoleh pihak penyelidik. Hal ini pula yang membuat penyidik mengundang ahli guna meneliti kondisi kejiwaan Tantowi.

Meski tinggal di Cirebon, Tantowi sendiri sebenarnya bukanlah asli orang Cirebon, namun berasal dari Tangerang. Pada tahun 1970, ia datang ke Cirebon sebagai tukang las kontrak untuk proyek pembangunan Stadion Bima. Saat proyek tersebut selesai, ia tidak mengikuti jejak teman-temannya kembali ke Tangerang. Ia membuka sendiri usaha las yang akhirnya berkembang maju.

Namun sebelum usaha lasnya maju, Tantowi juga sempat menjadi karyawan di PT British American Tobaco (BAT) Indonesia. Ia akhirnya memilih untuk hengkang dari perusahaan tersebut. Hal itu ia lakukan saat usaha lasnya mulai maju dan banyak memperoleh order pembuatan pagar dan teralis.

Riwayat perjalanan spiritualnya dan pengetahuan agama Tantowi tidak diketahui jelas. Namun sejak keluar dari PT BAT, ia mulai menunjukkan perilaku aneh. Ia kerap menghilang tiba-tiba dan meninggalkan anak istrinya. Sebagian orang menduga ia terkait dengan gerakan NII (Negara Islam Indonesia). Sebagian orang lagi menyatakan bahwa ia juga pernah mengikuti aliran Ahmadiyah.

Sebagian warga juga menyatakan bahwa ia sering gonta-ganti teman perempuan. Imam Asja (52) seorang pemilik rumah makan sering memergoki Imam Tantowi makan di rumah makannya bersama beberapa orang perempuan. Para perempuan itu berganti-ganti setiap kali mereka menemani Tantowi makan di rumah makan milik Asja.

Pada awal tahun 2000-an, Tantowi mulai menyebarkan ajaran-ajarannya. Ia mendirikan semacam majelis pengajian di rumahnya. Namun ajaran-ajarannya yang aneh dan dianggap sesat membuat ia pun berkali-kali terusir dari tempat tinggalnya. Namun di tempat terakhir yang ia tempati, di Desa Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, Tantowi relatif lebih aman dari gangguan masyarakat.

Ia memilih strategi jitu untuk bisa mengambil hati masyarakat. Ia sering menyumbang untuk kegiatan sosial remaja, pembangunan masjid, bahkan memberikan “setoran” kepada para aparat setempat. Orang-orang yang berada di sekitar tempat tinggal Tantowi mengenalnya sebagai pedagang barang antik dermawan. Sebagian mereka tidak menyangka jika Tantowi ternyata menyebarkan ajaran sesat yang membuatnya ditangkap oleh aparat keamanan.

Aliran Penganut Seks Aa Cucu

Ratusan orang, Jumat (31/07/2009) menggerebek kelompok yang diduga pengikut aliran sesat mirip Satria Piningit di kampung Pojok, desa Bumiwangi, kecamatan Ciparay, Bandung. Dalam penggerebekan di Ciparay tak ada insiden berdarah karena petugas gabungan segera datang ke lokasi kejadian dan menggelandang 14 penyebar aliran sesat tersebut ke Mapolsek Ciparay. Keterangan yang diperoleh dari lokasi kejadian dan Mapolsek Ciparay mengungkapkan, penggerebekan tersebut berawal dari kecurigaan puluhan warga terhadap ritual yang dilakukan oleh kelompok tersebut sejak tiga bulan sebelumnya.

Kecurigaan mereka bertambah setelah kelompok tersebut menghadirkan orang asing pada saat melaksanakan ritual keagamaan. “Orang asing tersebut bila diteliti dari logat bicaranya, berasal dari Malaysia. Kami curiga apalagi kami diimbau oleh Kantor Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Politik Kabupaten Bandung harus mewaspadai orang asing dan inilah hasilnya”, kata ketua Rukun Warga (RW) 09 Desa Bumiwangi, Rochidin. Ia mengatakan sejak tiga bulan lalu kelompok Cucu (45 tahun) alias Aa Cucu melakukan ritual keagamaan secara berkelompok, dari rumah ke rumah secara bergantian. Meski demikian Rochidin mengaku tidak tahu persis ajaran yang dibawa Cucu tersebut. Begitu pula dengan awal penyebarannya.

Ketika penggerebekan dilakukan warga bersama petugas Kantor Kesbanglinmaspol, aparat desa setempat dan anggota Polsek Ciparay, kelompok Cucu didapati sedang melakukan ritual keagamaan. Mereka kini diperiksa intensif di Mapolsek Ciparay. Namun sejauh ini masih belum terungkap apakah aliran tersebut termasuk sesat atau tidak. Sementara itu, Jumat sore diperoleh keterangan bahwa 11 warga kampung Pojok, desa Bumiwangi diizinkan untuk pulang dari Mapolres Ciparay. Tapi tiga tokoh yaitu Cucu alias Aa, Ali, dan Agus Sopandi pemilik rumah yang menjadi tempat ritual masih dalam pemeriksaan di Mapolres Bandung.

Aliran Hakekok Banten 

Ketua MUI Banten KH Aminudin Ibrohim mengungkapkan, aliran Hakekok di Kabupaten Pandeglang, Banten, adalah sebagai aliran yang menyimpang dari ajaran Islam.

“Oleh karena itu MUI Banten mendesak Badan Koordinasi Penganut Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem) segera bertindak tegas,” kata Aminudin di Serang. Selain itu, kata Aminudin, aliran Hakekoh di Pandeglang adalah variasi dari tasawuf dan ritual menyimpang.

“Yang dimaksud menyimpang itu, mereka beribadah cukup dengan niat dan dilakukan di tempat gelap. Selain itu laki-laki dan wanita yang bukan muhrimnya diperbolehkan bercampur (berhubungan badan-red),” kata Aminudin, memberi contoh.

Dengan alasan itulah MUI Banten mendesak Bakorpakem dan kepolisian untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap pengikut aliran Hakekok ini. Sebab jika terlambat, dikhawatirkan akan lebih meresahkan masyarakat. “Masyarakat juga bisa lebih anarkis lagi, jika pemerintah membiarkan hal ini terjadi,” katanya.

Aminudin juga mengatakan, pihak MUI juga akan secepatnya mengambil langkah setelah Bakorpakem bertindak. “Kami akan lakukan pembinaan kepada penganut aliran itu. Pembinaan ini juga kami lalukan kepada 40 penganut aliran Ahmadiyah. Dan hasilnya, Alhamdulillah mereka (penganut Ahamdiyah-red) bisa kembali ke jalan Islam,” katanya.

Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Banten, Fatah Sulaeman, mengatakan, pihaknya masih melakukan pelacakan apakah jenis organisasi penganut Hakekok dimaksud. “Apakah organisasi mereka itu mirip pesantren, majelis ta`lim, atau lainnya,” kata Fatah.

Among Tani Mojopahit 

Aliran kepercayaan beraroma ‘free sex’ muncul di Madiun. Membabtiskan diri sebagai komunitas Among Tani Mojopahit, aliran ini diduga mengajarkan keyakinan yang nyeleneh. Selain memperbolehkan sesama pengikut bebas bersetubuh, aliran ini melarang komunitasnya mendengarkan Adzan.

Adalah Sukarno, warga Desa Tawangrejo, Kecamatan, Gemarang, Kabupaten Madiun, orang pertama yang menganut dan menyebarkan ajaran ini. Masgulnya, sang pemimpin yang mengklaim sebagai ‘Titising Ratu’ (mampu menitiskan trah penguasa, ratu), kini malah kabur akibat amuk massa.

Penyulut kemarahan massa berawal dari hamilnya dua gadis pengikut aliran ini. Massa lantas menuding, Sukarno penebar benih dalam rahim dua gadis itu. Dengan membentangkan spanduk keprihatinan, puluhan warga Desa Tawangrejo Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun ini mendatangi kantor MUI setempat.

Mereka melaporkan munculnya dugaan aliran sesat yang diajarkan Sukarno. Selain kedua ajaran itu, Sukarno juga mengaku pernah melakukan perjalanan ‘naik ke langit’ dan bertemu dengan Nabi Adam.

Penyebaran ajaran dilakukan dengan melakukan pertemuan rutin layaknya dakwah, yang kini telah diikuti tak kurang 30 lebih pengikut, baik laki-laki maupun perempuan.

Munculnya aliran beraroma free sex yang dibawa Sukarno, warga Desa Tawangrejo, Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun, memicu komentar keras dari ulama tokoh agama setempat. KH Drs Dimyati tegas menyatakan aliran itu jelas menyesatkan.

“Itu aliran sesat. Tidak ada manusia yang bisa mi’raj, kecuali Nabi Muhammad. Seluruh umat Islam jangan mengikuti aliran itu. Sebab aturan itu jelas menyimpang dari agama,” ujar mantan wakil rakyat berbasis Nahdliyin ini.

Ketua MUI Kabupaten Madiun, Kiai Mukti, saat berhadapan dengan warga setempat secara implisit juga menilai, aliran itu menyesatkan. Namun, pihaknya akan melakukan penelusuran dan mengumpulan fakta dulu, sebelum mengeluarkan Fatwa.

Widarto, tokoh masyarakat Tawangrejo, mengungkapkan, sebenarnya gerakan aliran Sukarno sudah tercium sejak tahun 2000. Ayah berputra tiga ini, memang dikenal sebagai orang pinter. Hingga, saban hari sejumlah warga bertandang ke rumahnya untuk melakukan konsultasi atau berobat alternatif.

Pengikut aliran ini, tambah tokoh masyarakat yang tinggal tidak jauh dari kediaman Sukarno, sekarang mencapai 30-an orang. Laiknya, sebuah aliran kepercayaan, pada waktu-waktu tertentu mereka berkumpul.

Awalnya, warga tidak terusik dengan aksi Sukarno di bidang konsultasi pengobatan alternatif. Keresahan warga mulai muncul ketika, salah seorang pengikut aliran itu hamil. Sebut saja Win. Wanita berstatus gadis ini, bahkan sampai sekarang belum menikah resmi, meski sudah punya anak seusia kelas 1 SD.

Warga kian resah, ketika kasus hamil pranikah kembali menimpa pengikut Sukarno. Kali ini korbannya adalah Lin, seorang PTT di salah satu Puskesmas di wilayah kecamatan. Malah atas pengaduan warga, Sukarno sendiri sempat dipertemukan dengan Win dan Lin di Balai Desa setempat, disaksikan tokoh masyarakat.

Dalam pertemuan itu terungkap, Win dan Lin sempat berhubungan badan dengan Sukarno. Dan Sang Dukun itu pun bersedia bertanggung jawab. Tapi, praktiknya, kedua gadis itu tidak dinikahi resmi Sukarno, pascapertemuan itu.

Masgulnya lagi, lanjut Widarto, mulai muncul keyakinan di kalangan pengikut, bahwa Sukarno itu orang ‘linuwih’ yang mampu menitiskan keturunan ratu. Hingga, ada indikasi sejumlah pengikut rela tidur dengan Sukarno demi mendapatkan ‘Titising Ratu’. “Yang lebih meresahkan kami ya keyakinan ini,” ujarnya dibenarkan warga lain.

Diyakini, lantaran komunitas itu terpojok, puluhan pengikut aliran Among Tani Mojopahit, Tawangrejo, Gemarang, Kabupaten Madiun, yang dituding warga setempat sebagai aliran menyimpang melakukan pertobatan. Hadir sebagai saksi pertobatan itu MUI, Kesbanglinmas Pemkab Madiun dan Muspika Kecamatan Gemarang.

Acara tobat yang dilakukan puluhan pengikut aliran Among Tani Mojopahit, di kantor Desa Tawangrejo, Gemarang ini berlangsung tegang. Pasalnya, warga merasa tidak puas lantaran Sukarno yang menjadi pemimpin aliran tersebut tidak terlihat di antara pengikutnya. Warga berang dan meminta polisi segera menangkapnya.

Namun aksi massa berhasil diredam. Acara tobat berjamaah itu berlangsung sekitar tiga jam. Seusai acara MUI dan pejabat terkait meminta warga bersalaman. Namun warga menolak dan memilih membubarkan diri.

Widarto tokoh masyarakat setempat tetap meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini. Terutama, mengusut Sukarno pimpinan aliran itu. Sebab dia menilai, Sukarno sudah menodai kesantunan dalam bertoleransi antaragama.

Di samping itu, warga juga menuding, pimpinan aliran ini sudah berbuat cabul dengan anak buahnya. Selepas massa unjuk rasa di Balai Desa diteruskan ke MUI, Sukarno berikut keluarganya pergi dan tidak tahu kemana rimbanya. Warga berang lantaran aliran ini bersikap eksklusif, dan beraroma free seks.

Children of God 

Ajaran ini pernah marak di Bandung, Jakarta dan beberapa kota lainnya. Konon sampai sekarang masih aktif dan berpindah-pindah tempat ritual. Ajaran ini membolehkan seks bebas, sebagai bentuk kasih terhadap Tuhan. Salah satu ajaran sesat kelompok ini, Yesus diyakini sebagai hasil hubungan seks antara Allah dan Maria. Data pasti pengikut Children of God, tidak diketahui.

Sumber: http://gurukuansing.blogspot.com/2010/03/aliran-aliran-seks-bebas-yang-pernah.html

mmon Share Alike Atribution

Tidak ada komentar:

Posting Komentar